Lelaki Pulau Tukang Besi
aku lelaki pulau Tukang Besi
tapi bukan si pandai besi
aku tak bisa bikin besi jadi keris bertuah
setuah keris Mpu Gandring
yang minum darah tujuh turunan
aku tak bisa bikin besi jadi bom atom
sedahsyat bom atom Sekutu
di Hirosima dan Naga Saki
lelaki pulau Tukang Besi lelaki otot besi
tahu rahasia besi pandai memainkan besi
dengan linggis dan palu besi seadanya
lelaki pulau Tukang Besi
membongkar gunung memecah batu
agar anak istri tak kehausan
tak kelaparan
dengan golok dan kapak sederhana
lelaki pulau Tukang Besi
merebahkan pohon-pohon raksasa
di hutan-hutan belantara
meluncurkan perahu lambo
keliling nusantara
agar anak cucu bisa sekolah
menuntut ilmu ke tanah rantau
dengan parang besi karang titipan leluhur
lelaki pulau Tukang Besi
membangun sorga bawah laut
di pusat segi tiga karang dunia
sekarang anak cucu tersenyum lebar
di setiap arus mudik lebaran
aku lelaki pulau Tukang Besi
lelaki otot besi
tahu rahasia besi
pandai memainkan besi
kekagumanku pada kapal torpedo
takkan melebihi
kekagumanku pada perahu lambo
penghargaanku pada penemu listrik
takkan meruntuhkan
penghargaanku pada penemu golok dan kapak
Wakatobi, November 2008
Tanjung Pemali
kalau kalian ingin tahu langit peradaban leluhur kami
berlayarlah ke Timur lintasi Tanjung Pemali
di sana
jika kalian sudah terkurung di rahang tanjung
yang guram mencekam
terombang-ambing di tebing gelombang
yang gemuruh seluruh penjuru
tersungkur di nisan perahu
yang terus terhempas dan terbuang
kalian pasti kan menangisi
pemali leluhur kami
kalau kalian ingin tahu langit peradaban leluhur kami
bikinlah satu pemali
sekeramat pemali leluhur kami
di laut bertumbal nyawa satu perahu
di darat bertumbal nyawa satu kalasentana
kalian pasti kan menyesali
kelalaian kalian selama ini
kalian pasti takkan sanggup bikin pemali
karena kalian tak bisa lagi bersahabat dengan maut
tak bisa lagi menjaga kerahasiaan bumi dan langit
tak bisa lagi menghormati hak azasi laut dan darat
seperti leluhur kami dahulu
kalau kalian ingin tahu langit peradaban leluhur kami
berlayarlah ke Timur lintasi Tanjung Pemali
di sanalah selalu hari
leluhur kami bersimpuh di atas gelombang
melabuh sepuluh jari tangannya di pintu langit
menanam ubun-ubunnya di pintu mata air laut
karena kepintaran mereka
sangat mengerti keterbatasannya
Kendari, Desember 2007
Kasopa Leja: Sarung Pengantin Kita
pada malam perawan di pelaminan pengantin
kusarungi tubuhmu dengan leja tenunan ibuku
sarung mempelai wanita di kampung kita
semoga kau mau mengerti
mulai malam ini
pusaka ibuku yang paling ia sayangi
jadi milikmu mulai malam ini
pada malam perawan di pelaminan pengantin
kau sarungi tubuhku dengan kasopa tenunan ibumu
sarung mempelai pria di kampung kita
semoga aku mau mengerti
mulai malam ini
permata ibumu yang paling ia sayangi
jadi milikku mulai malam ini
kasopa leja
tenunan tangan ibu kita
sarung pengantin kita
malam ini
semoga kita selalu mau mengerti
beribu rindu dan harapan ibu kita
selalu berzikir sekujur kasopa leja
sarung pengantin kita
malam ini
Polewali, Mandar, Oktober 1990
Batu Apung
1/
pohon mati batang apung
orang mati bangkai apung
batu mati batu apung
banjir datang batang apung menusuk jantung
tsunami datang bangkai apung menikam mata
lahar datang batu apung memanggang belulang
2/
batu apung batu yang teralienasi
batu apung batu yang tersepi
batu apung batu mati
Hoooi batu apung yang langlang buana
ke samudera manakah kau kan hanyutkan
nisan leluhur yang tak terkubur selama ini
ke benua manakah kau kan damparkan
peti mati yang tertutup mati selama ini
3/
batu apung batu yang teralienasi
batu apung batu yang tersepi
batu apung batu mati
Hoooi batu apung yang selalu dirundung malang
dosa apa leluhurmu pada lautan
sampai gelombang menolakmu jadi karang
sampai pasir mengusirmumu dari pantai
sampai arus membuangmu ke laut lepas
batu apung batu yang teralienasi
batu apung batu yang tersepi
batu apung batu mati
Kitakah batu apung?
Kendari, Oktober 2010
La Ode Balawa adalah dosen pengajar pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Haluoleo, Kendari. Sering menjadi pemakalah pada berbagai seminar bahasa dan sastra nasional. Tulisannya tersebar di berbagai media, antara lain Majalah Semiotika, Jurnal Kandai, dan Kendari Pos. Puisinya antara lain termuat dalam Percakapan Lingua Franca, antologi Puisi Temu Sastrawan Indonesia ke-3 di Tanjungpinang.
Saya betul-betul ingin tahu langit peradaban leluhur itu? Menghargai leluri lelur, agar tak lopak di jalan yang makul. Berlayarlah ke Timur, suatu saat. Keinginan itu sedang saya tabung...
BalasHapusPuisi yang mengharukan oleh pak dosen
BalasHapus